Selasa, 19 November 2013

KALIMAT EFEKTIF


Sebelum menganalisis suatu artikel ada baiknya kita mengetahui tentang kalimat efektif dan tidak efektif. Pengertian kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Di bawah ini adalah artikel yang akan saya bahas. Check this out!

Korean Wave, Fenomena Sesaat.
Tren selalu berubah, begitu pula denganKorean Wave yang tengah melanda Indonesia saat ini, akan berlangsung sesaat seiring perkembangan tren selanjutnya. 

Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia.
Umumnya Hallyu memicu banyak orang untuk memelajari bahasa dan kebudayaan Korea. 
Tak terkecuali Indonesia dimana kalangan mudanya kini banyak yang sedang dilanda demam K-pop dan drama Korea. 
Fenomena ini mengingatkan kita pada tren-tren sebelumnya yang juga pernah melanda di Indonesia seperti budaya pop China dan Jepang. 
Dan semua budaya pop tersebut, kata Henni Norita dari Lembaga Psikologi Hikari, hanya bersifat sementara karena perkembangan tren datang silih berganti mengikuti perkembangan zaman. 
"Jadi sama seperti tren-tren sebelumnya, fenomena Korean Wave pun hanya berlangsung dalam kurun waktu tertentu," jelasnya kepada Beritasatu.com.
Dan sebagai sebuah fenomena, lanjut Henni, tentu saja memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia. 
Misalnya, kata dia, berkurangnya kecintaan terhadap budaya sendiri dan cenderung menurunnya semangat belajar dan produktivitas lantaran waktunya banyak tersita untuk menonton drama Korea, atau menjelajahi dunia maya untuk mencari tahu banyak hal mengenai Korea.  
Jangan Hanya Jadi Follower
Tak hanya itu, gaya hidup sebagian kalangan muda Indonesia pun, lanjut Henni, mulai terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea.
Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya pop Korea saat ini memang sudah mempunyai penggemar dan memiliki kelasnya tersendiri di Indonesia. 

Tak hanya di kalangan biasa, tapi juga telah merambah sekaligus menginspirasi beberapa artis di tanah air. 
"Namun sebagai sebuah dinamika kehidupan, fenomena ini sebenarnya wajar saja terjadi," jelasnya.
Lantas apa dampak positifnya fenomena tersebut bagi masyarakat kita? Henni berpendapat, fenomena Hallyu dapat memperkaya pengetahuan masyarakat Indonesia akan kebudayaan negara lain.
Sebagai salah satu negara maju di Asia, Korea juga dapat dijadikan teladan karena tetap memegang teguh budayanya meski arus globalisasi sedemikian derasnya. 
Hal ini dapat dilihat dan dirasakan melalui warna musiknya, drama serial atau beberapa filmnya yang menggambarkan tentang seni, budaya dan kehidupan sehari-harinya yang menjadi ciri khas masyarakat Korea.
"Kuatnya karakter dan identitas merekalah yang membuat bangsa tersebut mampu menjaditrendsetter baru dalam dunia musik, seni akting, fashion dan gaya hidupnya," kata Henni. 
Kerja keras mereka yang berhasil menjadi 'kiblat' baru dalam budaya pop itulah yang seharusnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk juga terus bekerja keras, disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi. 
"Jadi masyarakat kita nggak hanya jadi follower, tapi juga harus mampu menjadi trendsetter baru bagi negara lain," tambah Henni yang juga pengajar di Hikari Montesorri School ini. 

1.      Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia.
(kalimat tidak efektif).
Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah penyebaran budaya Korea secara global di dunia.
(kalimat efektif).

2.      Tak terkecuali Indonesia dimana kalangan mudanya kini banyak yang sedang dilanda demam K-pop dan drama Korea. (kalimat tidak efektif).
Tak terkecuali Indonesia, kini kalangan muda banyak yang sedang dilanda demam Korea. (kalimat efektif).

3.      Fenomena ini mengingatkan kita pada tren-tren sebelumnya yang juga pernah melanda di Indonesia seperti budaya pop China dan Jepang. (kalimat tidak efektif).
Fenomena ini mengingatkan kita pada tren sebelumnya yang pernah melanda di Indonesia seperti budaya pop China dan Jepang. (kalimat efektif).

4.      Dan semua budaya pop tersebut, kata Henni Norita dari Lembaga Psikologi Hikari, hanya bersifat sementara karena perkembangan tren datang silih berganti mengikuti perkembangan zaman. (kalimat tidak efektif).
Henni Norita dari Lembaga Psikologi Hikari beranggapan, budaya pop tersebut hanya bersifat sementara karena perkembangan tren datang silih berganti mengikuti perkembangan zaman. (kalimat efektif).

5.      Dan sebagai sebuah fenomena, lanjut Henni, tentu saja memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia. (kalimat tidak efektif).
“Dan sebagai sebuah fenomena, tentu saja memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia.” lanjut Henni (kalimat efektif).
6.      Misalnya, kata dia, berkurangnya kecintaan terhadap budaya sendiri dan cenderung menurunnya semangat belajar dan produktivitas lantaran waktunya banyak tersita untuk menonton drama Korea, atau menjelajahi dunia maya untuk mencari tahu banyak hal mengenai Korea.  (kalimat tidak efektif).
“Misalnya, berkurangnya kecintaan terhadap budaya sendiri dan cenderung menurunnya semangat belajar dan produktivitas lantaran waktunya banyak tersita untuk menonton drama Korea, atau menjelajahi dunia maya untuk mencari tahu banyak hal mengenai Korea.” tambahnya  (kalimat efektif).
7.      Hal ini dapat dilihat dan dirasakan melalui warna musiknya, drama serial atau beberapa filmnya yang menggambarkan tentang seni, budaya dan kehidupan sehari-harinya yang menjadi ciri khas masyarakat Korea. (kalimat tidak efektif).
Dapat kita lihat dari warna musiknya, drama serial atau beberapa filmnya yang menggambarkan tentang seni, budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. (kalimat efektif).

8.      Kerja keras mereka yang berhasil menjadi 'kiblat' baru dalam budaya pop itulah yang seharusnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk juga terus bekerja keras, disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi.(kalimat tidak efektif).
Kerja keras mereka berhasil menjadi 'kiblat' baru dalam budaya pop itulah yang seharusnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk bekerja keras, disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi. (kalimat efektif). 



Selasa, 22 Oktober 2013

Tiga Partai Teratas Capres 2014

Pemilihan Umum Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden akan dilaksanakan tahun depan. Tapi sudahkah anda tahu atau mengenal siapa saja yang akan maju sebagai calon kandidat pilpres 2014? Beberapa nama seperti Aburizal Bakrie, Megawati Soekarno Putri, Prabowo Subianto, Wiranto dan tidak ketinggalan Gubernur DKI Jakarta yang mendapat banyak dukungan dari masyarakat, Joko Widodo. Bahkan, penyanyi dangdut legendaris Rhoma Irama sampai pengacara kontroversial Farhat Abbas, ikut meramaikan hiruk-pikuk pilpres 2014. Mungkin salah satu di antara nama di atas adalah pilihan anda.
Menurut hasil riset terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan, hanya bakal calon presiden yang bisa diajukan pada Pemilu Presiden 2014, yaitu tiga dari partai perolehan suara terbanyak.  
Kemudian Gerindra (6,6 %), PAN (5,2 %), PPP (4,6 %), PKB (4,6 %), PKS (4,4 %), Hanura (3,4 %), Nasdem (2,0 %), PBB (0,6 %), PKPI (0,3 %) dan yang belum menentuan (19,4 %). Survei LSI itu diadakan pada 12 September - 5 Oktober 2013, di 33 Provinsi dan menggunakan 1.200 responden. Dengan metode multistage random sampling, estimasi kesalahan penyamplingan sekitar 2,9 %. Survei itu juga menggunakan instrumen kuesioner dengan wawancara tatap muka (face to face interview).
Jika hasil pemilu seperti survei dan persyaratan capres adalah diajukan parpol dengan suara nasional 25 persen dan perleh kursi DPR 20 persen, maka hanya Golkar, PDIP dan Demokrat yang bisa mengajukan capres pada Pilpres 2014
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut bahwa Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi adalah sekadar calon presiden (capres) wacana. Politikus Gerindra Desmond J Mahesa setuju pimpinannya di Partai Gerindra itu disebut sebagai capres wacana di Pilpres 2014. 
Sedangkan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yakin partainya akan menjadi pemenang di Pemilihan Umum 2014. Namun, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Malik Haramain meragukan hasil - hasil survei yang dipublikasikan belakangan ini. Pasalnya, Malik melihat hasil survei itu lebih banyak menyesatkan dan tak obyektif lagi.
Banyak yang menjadi corongnya kekuatan politik tertentu. Hasil survei cenderung tendensius dan menyesatkan serta tidak bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Malik tak menyebutkan hasil survei yang dimaksud. Tapi secara garis besar, hasil-hasil survei yang sekarang ini ada semakin kontras dengan kenyataan di lapangan. Ia bahkan menuding survei dimanfaatkan untuk alat kampanye.
Tren lebih banyak membodohi masyarakat ketimbang memberi informasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, Malik menilai perlunya badan independen yang diberi kewenangan untuk melakukan sertifikasi lembaga survei. Sertifikasi ini, sebut Malik, sangat penting karena sering kali survei mempengaruhi opini publik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengingatkan partai politik untuk segera berbenah diri. Kalau tidak, kepercayaan pemilih terhadap partai akan terus menurun. LSI juga menyebutkan angka golput makin besar pada tahun 2014 nanti.
Sepertinya masyarakat sudah semakin cerdas dan berpikir maju. Memilih pemimpin yang benar – benar membela rakyat. Amanah bukan hanya mementingkan kekuasaan. Tapi bagaimana pun golput (tidak memilih) bukan cara yang tepat. Apalagi dengan banyaknya kasus yang belakangan ini terjadi. Korupsi, penyakit yang satu ini semakin merajalela di berbagai partai. Solusinya hanya satu, bagaimana cara mengembalikan kepercayaan masyarakat. Yaitu dengan membenahi diri dan partai masing-masing. Daya rusak korupsi sangat luas, bukan hanya kerugian negara secara finansial. Kemampuan negara berkurang untuk mesejahterakan rakyat miskin. Sementara kepemimpinan lemah di Republik adalah mimpi buruk kehidupan bernegara. Kini banyak pemimpin berwajah penguasa, politisi, birokrat, militer, agama, manajer, artis, atau orator. Rakyat merasa masih ada yang kurang dengan itu, yakni wajah pemimpin publik

Sumber :

Selasa, 01 Oktober 2013


fungsi Bahasa Indonesia secara umum dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari

Bill Adams menyebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu, Wittgenstein mengartikan bahwa bahasa adalah bentuk pemikiran yang dapat dipahami, sedangkan Saussure mendifinisikan kalau bahasa adalah objek dari semiologi. Sedangkan pengertian umum bahasa yaitu merupakan alat untuk beriteraksi atau berkomunikasi dalam menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan yang digunakan oleh seorang manusia, yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat kecap manusia. Bahasa diciptakan sebagai alat komunikasi universal yang diharapkan dapat dimengerti oleh setiap manusia untuk melakukan suatu interaksi sosial dengan manusia lainnya. Bahasa terdiri atas kumpulan kata atau kalimat yang dari masing-masing susunan kata memiliki makna untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan seseorang. Oleh karena itu, kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata tersebut sesuai dengan aturan tata bahasa yang ada, agar makna yang terkandung di setiap kalimat dapat tersampaikan dengan baik dan jelas.

1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa sudah digunakan sejak zaman nenek moyang kita, untuk berinteraksi dengan orang lain guna menyampaikan maksud yang ada di dalam hati dan fikiran seseorang. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat berhubungan dengan alam sekitarnya, terutama dengan manusia lainnya. Melalui bahasa pulalah manusia dapat bekerja sama dengan manusia lainnya untuk mencapai suatu tujuan.

2. Bahasa sebagai alat ekspresi diri
Bahasa merupakan wujud dari ekspresi diri, karena melalui bahasalah manusia dapat menyatakan secara terbuka, segala sesuatu yang tersirat di dalam pikirannya kepada orang lain dengan gayanya masing-masing. Ada banyak hal yang menyebabkan manusia mengekspresikan dirinya melalui bahasa , diantaranya untuk membebaskan diri dari tekanan emosi, untuk mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan, untuk menarik perhatian orang lain dan lain sebagainya.

3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berintegrasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Bahasa yang digunakan hendaknya harus sesuai dengan kondisi daerah/Negara setempat. Misalnya apabila kita berada di Korea, kita tidak mungkin menggunakan bahasa Sunda untuk berinteraksi dengan penduduk sekitar, karena penduduk korea tidak mungkin mengerti dengan bahasa yang kita gunakan. Oleh karena itu kita harus menyesuaikan bahasa dimana kita berada.
4. Sebagai alat control sosial 
Bahasa mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Apabila seseorang berbahasa dengan menggunakan bahasa yang kasar itu merupakan cerminan diri orang tersebut. Oleh karena itu kontrol sosial melalui bahasa sebaiknya ditanamkan pada diri seseorang sejak dini agar seseorang dapat berinteraksi dengan baik di masyarakat.

cara melestarikan Bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu bangsa


Sikap bahasa yang perlu dimiliki ini dilakukan dengan berbagai upaya, yakni
Menurut saya cara untuk melestarikan bahasa indonesia dengan cara sedikit demi sedikit harus memulai mengucapkan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Karena bahasa indonesia merupakan identitas bangsa kita sebagai orang indonesia maka perlu dijaga kelestariannya. 
(1) meningkatkan rasa kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai keperluan dan kemanfaatannya yang menjangkau seluruh lapisan, kelompok, dan golongan dalam masyarakat bangsa Indonesia,
(2) menghindari penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar garis ketentuan dan kebijakan yang telah ditentukan. Penghindaran penggunaan bahasa asing secara berlebihan dapat disebabkan telah ada padanannya dalam bahasa Indonesia ataupun untuk menghindari gangguan terhadap kelancaran komunikasi. Selain itu, penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar lingkungan dan keperluannya selain merupakan pelecehan terhadap peran dan kedudukan serta hasil-hasil pengembangan bahasa Indonesia, juga melemahkan pembinaan wawasan kebangsaan,
(3) meningkatkan frekuensi pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia dalam segenap kesempatan dan aktivitas, baik resmi maupun tidak resmi. Dari sudut pandang psikologi pendidikan, suatu keberhasilan bukan sekadar tercapai melalui pendidikan formal dan pelatihan, tetapi lebih-lebih melalui pembiasaan penggunaan secara terus-menerus dalam lingkungan masyarakat dan di tengah-tengah keluarga.

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
  
peranan Bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah
Dalam tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.
 Dalam penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang terpenting. Untuk itu kita harus sebaik mungkin menggunakannya. Antara lain :
·                     Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulismenulis yang distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
·                     Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata depan, kata sandang, maupun gabungan kata.
·                     Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang! Sedangkan partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
·                     Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku.
·                     Dalam penulisan Singkatan dan Akronim.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum ). Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh: dll. hlm. sda. Yth. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN KTP PT. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani.
·                     Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh: Abad XX dikenal sebagai abad teknologi. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis denga
·                     n huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut. Contoh: Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima diperguruan tinggi itu.
·                     Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik ("), tanda garis miring, (/) dan tanda penyingkat atau aprostop (').
·                     Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.

Dalam penulisan ilmiah, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

sumber : 

fungsi Bahasa Indonesia secara umum dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari

Bill Adams menyebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu, Wittgenstein mengartikan bahwa bahasa adalah bentuk pemikiran yang dapat dipahami, sedangkan Saussure mendifinisikan kalau bahasa adalah objek dari semiologi. Sedangkan pengertian umum bahasa yaitu merupakan alat untuk beriteraksi atau berkomunikasi dalam menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan yang digunakan oleh seorang manusia, yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat kecap manusia. Bahasa diciptakan sebagai alat komunikasi universal yang diharapkan dapat dimengerti oleh setiap manusia untuk melakukan suatu interaksi sosial dengan manusia lainnya. Bahasa terdiri atas kumpulan kata atau kalimat yang dari masing-masing susunan kata memiliki makna untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan seseorang. Oleh karena itu, kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata tersebut sesuai dengan aturan tata bahasa yang ada, agar makna yang terkandung di setiap kalimat dapat tersampaikan dengan baik dan jelas.

1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa sudah digunakan sejak zaman nenek moyang kita, untuk berinteraksi dengan orang lain guna menyampaikan maksud yang ada di dalam hati dan fikiran seseorang. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat berhubungan dengan alam sekitarnya, terutama dengan manusia lainnya. Melalui bahasa pulalah manusia dapat bekerja sama dengan manusia lainnya untuk mencapai suatu tujuan.


2. Bahasa sebagai alat ekspresi diri

Bahasa merupakan wujud dari ekspresi diri, karena melalui bahasalah manusia dapat menyatakan secara terbuka, segala sesuatu yang tersirat di dalam pikirannya kepada orang lain dengan gayanya masing-masing. Ada banyak hal yang menyebabkan manusia mengekspresikan dirinya melalui bahasa , diantaranya untuk membebaskan diri dari tekanan emosi, untuk mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan, untuk menarik perhatian orang lain dan lain sebagainya.


3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial

Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berintegrasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Bahasa yang digunakan hendaknya harus sesuai dengan kondisi daerah/Negara setempat. Misalnya apabila kita berada di Korea, kita tidak mungkin menggunakan bahasa Sunda untuk berinteraksi dengan penduduk sekitar, karena penduduk korea tidak mungkin mengerti dengan bahasa yang kita gunakan. Oleh karena itu kita harus menyesuaikan bahasa dimana kita berada.

4. Sebagai alat control sosial 

Bahasa mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Apabila seseorang berbahasa dengan menggunakan bahasa yang kasar itu merupakan cerminan diri orang tersebut. Oleh karena itu kontrol sosial melalui bahasa sebaiknya ditanamkan pada diri seseorang sejak dini agar seseorang dapat berinteraksi dengan baik di masyarakat.

cara melestarikan Bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu bangsa


Sikap bahasa yang perlu dimiliki ini dilakukan dengan berbagai upaya, yakni
Menurut saya cara untuk melestarikan bahasa indonesia dengan cara sedikit demi sedikit harus memulai mengucapkan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Karena bahasa indonesia merupakan identitas bangsa kita sebagai orang indonesia maka perlu dijaga kelestariannya. 
(1) meningkatkan rasa kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai keperluan dan kemanfaatannya yang menjangkau seluruh lapisan, kelompok, dan golongan dalam masyarakat bangsa Indonesia,
(2) menghindari penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar garis ketentuan dan kebijakan yang telah ditentukan. Penghindaran penggunaan bahasa asing secara berlebihan dapat disebabkan telah ada padanannya dalam bahasa Indonesia ataupun untuk menghindari gangguan terhadap kelancaran komunikasi. Selain itu, penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar lingkungan dan keperluannya selain merupakan pelecehan terhadap peran dan kedudukan serta hasil-hasil pengembangan bahasa Indonesia, juga melemahkan pembinaan wawasan kebangsaan,
(3) meningkatkan frekuensi pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia dalam segenap kesempatan dan aktivitas, baik resmi maupun tidak resmi. Dari sudut pandang psikologi pendidikan, suatu keberhasilan bukan sekadar tercapai melalui pendidikan formal dan pelatihan, tetapi lebih-lebih melalui pembiasaan penggunaan secara terus-menerus dalam lingkungan masyarakat dan di tengah-tengah keluarga.

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
  
peranan Bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah
Dalam tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.
 Dalam penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang terpenting. Untuk itu kita harus sebaik mungkin menggunakannya. Antara lain :
·                     Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulismenulis yang distandarisasikan; yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
·                     Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata depan, kata sandang, maupun gabungan kata.
·                     Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang! Sedangkan partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
·                     Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku.
·                     Dalam penulisan Singkatan dan Akronim.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum ). Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh: dll. hlm. sda. Yth. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN KTP PT. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani.
·                     Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh: Abad XX dikenal sebagai abad teknologi. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis denga
·                     n huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut. Contoh: Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima diperguruan tinggi itu.
·                     Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik ("), tanda garis miring, (/) dan tanda penyingkat atau aprostop (').
·                     Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.

Dalam penulisan ilmiah, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

sumber :