Selasa, 22 Oktober 2013

Tiga Partai Teratas Capres 2014

Pemilihan Umum Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden akan dilaksanakan tahun depan. Tapi sudahkah anda tahu atau mengenal siapa saja yang akan maju sebagai calon kandidat pilpres 2014? Beberapa nama seperti Aburizal Bakrie, Megawati Soekarno Putri, Prabowo Subianto, Wiranto dan tidak ketinggalan Gubernur DKI Jakarta yang mendapat banyak dukungan dari masyarakat, Joko Widodo. Bahkan, penyanyi dangdut legendaris Rhoma Irama sampai pengacara kontroversial Farhat Abbas, ikut meramaikan hiruk-pikuk pilpres 2014. Mungkin salah satu di antara nama di atas adalah pilihan anda.
Menurut hasil riset terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan, hanya bakal calon presiden yang bisa diajukan pada Pemilu Presiden 2014, yaitu tiga dari partai perolehan suara terbanyak.  
Kemudian Gerindra (6,6 %), PAN (5,2 %), PPP (4,6 %), PKB (4,6 %), PKS (4,4 %), Hanura (3,4 %), Nasdem (2,0 %), PBB (0,6 %), PKPI (0,3 %) dan yang belum menentuan (19,4 %). Survei LSI itu diadakan pada 12 September - 5 Oktober 2013, di 33 Provinsi dan menggunakan 1.200 responden. Dengan metode multistage random sampling, estimasi kesalahan penyamplingan sekitar 2,9 %. Survei itu juga menggunakan instrumen kuesioner dengan wawancara tatap muka (face to face interview).
Jika hasil pemilu seperti survei dan persyaratan capres adalah diajukan parpol dengan suara nasional 25 persen dan perleh kursi DPR 20 persen, maka hanya Golkar, PDIP dan Demokrat yang bisa mengajukan capres pada Pilpres 2014
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut bahwa Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi adalah sekadar calon presiden (capres) wacana. Politikus Gerindra Desmond J Mahesa setuju pimpinannya di Partai Gerindra itu disebut sebagai capres wacana di Pilpres 2014. 
Sedangkan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yakin partainya akan menjadi pemenang di Pemilihan Umum 2014. Namun, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Malik Haramain meragukan hasil - hasil survei yang dipublikasikan belakangan ini. Pasalnya, Malik melihat hasil survei itu lebih banyak menyesatkan dan tak obyektif lagi.
Banyak yang menjadi corongnya kekuatan politik tertentu. Hasil survei cenderung tendensius dan menyesatkan serta tidak bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Malik tak menyebutkan hasil survei yang dimaksud. Tapi secara garis besar, hasil-hasil survei yang sekarang ini ada semakin kontras dengan kenyataan di lapangan. Ia bahkan menuding survei dimanfaatkan untuk alat kampanye.
Tren lebih banyak membodohi masyarakat ketimbang memberi informasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, Malik menilai perlunya badan independen yang diberi kewenangan untuk melakukan sertifikasi lembaga survei. Sertifikasi ini, sebut Malik, sangat penting karena sering kali survei mempengaruhi opini publik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengingatkan partai politik untuk segera berbenah diri. Kalau tidak, kepercayaan pemilih terhadap partai akan terus menurun. LSI juga menyebutkan angka golput makin besar pada tahun 2014 nanti.
Sepertinya masyarakat sudah semakin cerdas dan berpikir maju. Memilih pemimpin yang benar – benar membela rakyat. Amanah bukan hanya mementingkan kekuasaan. Tapi bagaimana pun golput (tidak memilih) bukan cara yang tepat. Apalagi dengan banyaknya kasus yang belakangan ini terjadi. Korupsi, penyakit yang satu ini semakin merajalela di berbagai partai. Solusinya hanya satu, bagaimana cara mengembalikan kepercayaan masyarakat. Yaitu dengan membenahi diri dan partai masing-masing. Daya rusak korupsi sangat luas, bukan hanya kerugian negara secara finansial. Kemampuan negara berkurang untuk mesejahterakan rakyat miskin. Sementara kepemimpinan lemah di Republik adalah mimpi buruk kehidupan bernegara. Kini banyak pemimpin berwajah penguasa, politisi, birokrat, militer, agama, manajer, artis, atau orator. Rakyat merasa masih ada yang kurang dengan itu, yakni wajah pemimpin publik

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar